Oleh : Frisky M Tambunan

Pertanyaan ini mungkin kadang terlintas dalam pikiran kita saat melihat pekerjaan tanah di lapangan ataupun di laboratorium. Sampel tanah dengan volume kecil yang dipadatkan di laboratorium digunakan sebagai acuan ataupun pembanding untuk pemadatan tanah di lapangan dengan volume yang jauh lebih besar.

Pemadatan adalah suatu proses ataupun usaha yang dilakukan untuk merapatkan butiran-butiran tanah. Adapun tujuannya adalah untuk mendapatkan berat volume kering maksimum dan persentase kadar air optimum dengan energi tertentu. Hasil dari pemadatan disebut kepadatan, yang mana bergantung kepada jenis tanah, kadar air, dan energi yang digunakan. Faktor-faktor tersebut sangat erat hubungannya untuk memperoleh kepadatan yang optimal di laboratorium maupun di lapangan.

Manfaat dari pemadatan ini diantaranya adalah meningkatkan kekuatan tanah, mengurangi penurunan apabila tanah dibebani, mengurangi permeabilitas tanah, dan juga mengurangi kembang susut pada tanah lempung.

Uji Proctor

Di Laboratorium

Dengan menggunakan kaidah ataupun standar tertentu, sejumlah sampel tanah (±60 kg) untuk pemadatan diambil dari kuari per rentang volume atau kubikasi tertentu. Lalu sampel dibawa ke laboratorium, jika sampel masih terlalu basah maka akan dijemur terlebih dahulu untuk mengurangi dan memperkecil kadar airnya (dijemur ataupun dengan cara lain yang setara).

Setelah itu sampel dibagi atas 5 bagian. Masing-masing bagian akan dilakukan penambahan kadar air berdasarkan kadar air rencana yang telah dihitung dan disiapkan dengan persentase tertentu. Kemudian masing-masing bagian itu dilakukan pemadatan dengan alat proctor, baik secara standar ataupun modifikasi. Lalu dilakukan penimbangan dan pengecekan kadar airnya.

Hasil dari pemadatan ini, yaitu berat volume kering dan kadar airnya di plot kedalam grafik begitupun dengan garis ZAVL. Dari grafik dapat dilihat dan ditarik garis yang menunjukkan nilai berat volume kering maksimum dan kadar air optimumnya

Roller Compaction

Di Lapangan


Tanah dari quarry yang sampelnya sudah diuji pemadatan di laboratorium di hampar di lapangan dengan ketebalan tertentu. Lalu pada hamparan itu dilakukan trial dan error menggunakan alat pemadatan lapangan. Misalnya alat pemadatan lapangan menggunakan vibro roller, maka dihitung berapa banyak lintasan yang diperlukan untuk mencapai kepadatan yang diinginkan.
Nilai kepadatan di lapangan salah satunya diperoleh dengan kombinasi uji sandcone dan tes speedy. Nilai kepadatan di lapangan akan dibandingkan dengan nilai kepadatan di laboratorium sehingga dihasilkan persentase kepadatan di lapangan. Selanjutnya persentase kepadatan lapangan akan disesuaikan dengan spesifikasi yang dibutuhkan sesuai fungsi dari lahan tersebut. 

Uji Sand Cone dan Speedy Test